TAHUN KETIGA RAMADHAN SAAT PANDEMI
Sudah tahun ke tiga kita harus beradaptasi dengan situasi pandemi. Rasanya banyak sekali moment yang seharusnya dirayakan bersama terlewati begitu saja. Terlebih untuk umat muslim di bulan Ramadhan. Bagi umat muslim, semakin banyak menjalankan ibadah secara bersama-masa maka semakin banyak pahala yang di dapatkan. Alhamdulillah di tahun ini kondisi covid di Indonesia kian membaik jadi kita umat muslim bisa sedikit tenang menjalankan ibadah bersama.
Flashback Ramadhan sebelum pandemi
Saat masih duduk di bangku SMA, ada satu kegiatan yang paling ditunggu ketika Ramadhan tiba. Kegiatan itu adalah Pesantren Kilat. Biasanya selama 3 - 7 hari kita menginap di suatu tempat dan menghabiskan waktu disana dengan kegiatan-kegitan Islami. Mulai dari sahur bersama, sholah berjamaah, tadarus, olah raga pagi, dan masih banyak kegiatan lainnya. Beranjak kuliah dan merantau, ibadah puasa dilakukan sembari pembelajaran di kampus. Beberapa kali terkadang iseng melakukan sahun on the road bersama dengan teman-teman himpunan. Sahur sembari berbagi dengan warga yang kurang mampu. Waktu berbuka juga dilakukan bersama dengan teman-teman. Terkadang di restoran atau mall. Terkadang di kosan teman. Dimanapun tempat berbukanya, yang penting beramai-ramai dengan teman-teman.
Ketika sudah bekerja, waktu berpuasa dihabiskan di kantor. Jika kebagian shift siang, maka berbuka dilakukan dengan teman-teman di kantor. Sesaat sebelum magrib, biasanya ada yang keluar untuk mencari takjil berbuka. Saat sahur juga dilakukan bersama teman - teman yang juga ngekost di sekitar kantor. Saling membangunkan ketika ada yang belum bangun kemudian kita menunggu di warkop atau tempat janjian lainnya untuk makan sahur bersama - sama karena rumah kost kami berbeda - beda. Saat sudah menikah dan punya anak berbeda lagi ceritanya. Sebagian besar waktu berpuasa dihabiskan di kantor sembari bekerja dengan rekan kerja lain. Kemudian pulang dari kantor berjibaku dengan kemacetan ibu kota yang akan semakin parah menjelang adzan magrib. Jika beruntung bisa pulang tepat waktu maka bisa berbuka di rumah di temani anak-anak. Tapi jika tidak, itu artinya kita harus berbuka di jalan sembari terus menerobos jalanan yang macet agar bisa sampai di rumah.
Ramadhan saat pandemi
Saya termaksud tim yang suka mecari hal positif dari setiap kejadian yang ada. Biar bagaimanapun, pandemi ini adalah salah satu takdir dari ALLAH SWT yang harus dialami oleh semua umatnya. Jadi tetap harus kita jalani dengan suka cita. Jujur, bagi saya seorang ibu, Ramadhan di rumah saja menjadi berkah tersendiri. Saya bisa beribadah sekaligus mengurus anak-anak. Mulai dari bangun sahur hingga tidur malam semua dilakukan bersama dengan anak-anak dan suami. Meskipun tidak sepenuhnya indah karena itu artinya saya harus ekstra sabar menghadapi tingkah anak-anak yang keduanya berada di fase toodler. Puasa di rumah saja juga berarti saya tidak harus berjibaku dengan kemacetan Jakarta. Baik itu berangkat maupun pulang kerja. Rasa lapar, haus dan lelah setelah seharian mengurus pekerjaan di kantor seringkali membuat kita tidak sabar dan hilang fokus di perjalanan pulang. Selain itu, saya juga punya lebih banyak waktu untuk fokus beribadah. Sholat sunnah, Mendengarkan kajian sembari menyelesaikan pekerjaan kantor juga melakukan sholat sunnah tanpa terburu-buru.
Salam Sayang,