Showing posts with label QUALITY TIME. Show all posts
Showing posts with label QUALITY TIME. Show all posts

Saturday, April 2, 2022

TEMPAT NGABUBURIT PALING ASIK UNTUK KELUARGA

April 02, 2022 0

 

Moment yang paling dinanti setiap harinya saat berpuasa di Bulan Ramadhan adalah adzan magrib. Benar atau benar sekali? Nah, sembari menunggu adzan magrib, biasanya kita ngabuburit dengan keluarga maupun teman. Ngabuburit sendiri sebenarnya adalah kegiatan yang dilakukan sembari menunggu waktu berbuka puasa. Di Indoensia, ngabuburit ini identik dengan berjalan-jalan sembari mencari takjil. Masih ingat betul rasa senang saya setiap kali diajak berjalan - jalan untuk ngabuburit. Bahkan hingga saya dewasa dan punya anak saya selalu senang jika diajak ngabuburit. 


PERBEDAAN NGABUBURIT SEBELUM DAN SETELAH PUNYA ANAK

Sebelum punya anak, rasanya seru sekali jika ngabuburit diisi dengan berjalan - jalan di mall atau pasar ramadhan. Mengobrol dengan teman sembari memilah milih takjil atau menu di restoran sambil menunggu waktu berbuka kemudian langsung dilanjutkan dengan buka puasa bersama. Mencari restoran atau cafe yang menawarkan paket berbuka paling menarik dengan tempat yang paling instagramable untuk mengabadikan foto. 


Imam Muslim, no. 2113 meriwayatkan dari Jabir radhiallahu anhu, dia berkata, "Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

 لَا تُرْسِلُوا فَوَاشِيَكُمْ – أي كل ما ينتشر من ماشية وغيرها - وَصِبْيَانَكُمْ إِذَا غَابَتْ الشَّمْسُ حَتَّى تَذْهَبَ فَحْمَةُ الْعِشَاءِ ، فَإِنَّ الشَّيَاطِينَ تَنْبَعِثُ إِذَا غَابَتْ الشَّمْسُ حَتَّى تَذْهَبَ فَحْمَةُ الْعِشَاءِ

"Jangan lepas hewan ternak kalian dan anak-anak kalian apabila matahari terbenam hingga berlalunya awal waktu Isya. Karena setan bertebaran jika matahari terbenam hingga berlalunya awal waktu Isya."

Setelah punya anak, setiap kali selesai bekerja, rasanya ingin segera quality time dengan anak. Ketika anak sudah usia toodler dan sangat aktif, tempat ter asik untuk ngabuburit adalah RUMAH. Terlebih saat pandemi seperti ini. Selain lebih aman, lebih bebas juga untuk anak-anak bermain. Kalaupun ingin mencari takjil, kita akan pergi ke sekitar perumahan. Biasanya ada pasar dadakan atau tetangga yang menjual aneka takjil. Setelah membeli langsung kembali ke rumah untuk mempersiapkan buka puasa. Saya sendiri masih mengikuti ajaran dari ibu saya dan para tetua lainnya yang mengharuskan anak-anak masuk ke rumah ketika adzan magrib dan menutup pintu.


Ngabuburit di rumah bukan berarti menjadi tidak seru. Ada berbagai kegiatan yang bisa dilakukan dengan keluarga sembari menunggu adzan magrib.


BIKIN TAKJIL BERSAMA


Buat list rencana menu takjil yang akan di masak setiap harinya. Sertakan juga gambarnya agak anak - anak lebih semangat. Ikut sertakan anak - anak saat proses pembuatannya. Seperti memotong, menuangkan air, atau menata makanan di piring. 

MEWARNAI ATAU MEMBUAT DIY


Siapkan kertas kosong berukuran besar dan pensil warna atau spidol. Biarkan mereka berkreasi menggambar benda-benda di sekitar mereka atau makanan yang mereka suka. Bisa juga membeli kertas mewarnai jumbo (Giant Coloring Sheet) pada market place. Selain itu kita juga bisa membuat project DIY bersama dengan anak. Contohnya membuat mainan pesawat dari botol bekas. Kegiatan ini akan membuat anak-anak fokus dan sibuk sementara waktu menunggu buka puasa.

BELAJAR MENGAJI DAN AGAMA


Setelah mandi sore, luangkan waktu dengan anak - anak untuk belajar mengaji. Setelah itu, anda bisa membacakan kisah-kisah nabi dan rosul. Bisa juga menonton video - video kisah muslim di youtube. Selain menanamkan syariah islam pada anak-anak, kegiatan ini juga bisa menambah suasana ramadhan di rumah jadi lebih terasa.


MENANAM DAN MENYIRAM TANAMAN 

Di awal ramadhan, beli lah tanaman kecil seperti boneka horta. Kemudian, tugaskan anak-anak untuk menyimramnya setiap sore menjelang buka puasa. Kemudian foto dan ukur tinggi rumputnya setiap hari. Di hari raya Lebaran, lihat tanaman siapa yang lebih tinggi.



Salam Sayang,




Sunday, August 8, 2021

OUR COVID JOURNEY PART #1 (GEJALA DAN CERITA)

August 08, 2021 2

Bulan Juli 2021 merupakan bulan yang paling melalahkan sepanjang tahun ini. Berita tentang kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia, penuhnya RS dan RSDC wisma atlet, tenaga kesehatan yang kewalahan menangani pasien, antrian di depo pengisian oksigen, ditambah dengan berita-berita hoax yang seakan tidak mau ketinggalan untuk meramaikan. Mendengarkan semua berita itu saja sudah cukup menguras emosi ditambah kami sekeluarga harus mengalaminya sendiri. Tertular covid - 19.



GEJALA AWAL



Dimulai dari suami yang mendadak batuk pilek dan demam setelah seharian pergi. Setelah minum obat yang ada di rumah dan istirahat demamnya hilang namun masih tampak meriang. Keesokan harinya pak suami lebih memilih untuk membeli obat di apotek ketimbang langsung cek ke dokter. 2 hari kemudian Qodarullah saya ikut demam dan batuk. Akhirnya saya memaksa suami untuk ke dokter. Di dokter kami di diagnosis ISPA dan dokter menyarankan antigen 2 hari kemudian karena khawatir hasilnya akan negative palsu karena masa inkubasi virus. Malam harinya, Kakak Rey demam tinggi dan mendadak batuk. Disusul adik 2 hari kemudian yang ikut demam tepat di hari kami dijadwalkan antigen. Kecurigaan saya semakin besar dan terbukti dengan hasil antigen saya dan suami yang positif.



SEDIH, PANIK, DAN BINGUNG


Masih di RS, Setelah dapat hasil antigen positive, sambil menunggu dipanggil oleh dokter umum, Shock, sedih, marah dan bingung bercampur jadi satu. Pikiran saya seketika bercabang ke banyak hal. Mencari tes PCR yang bisa mengeluarkan hasil cepat (saat itu banyak RS dan lab yang overload, RS yang kami datangi bisa mengeluarkan hasil PCR paling cepat 3 hari), Memastikan kami sudah mendapat obat-obatan yang tepat, bagaimana mengabarkan kepada orang tua dan kantor, bagaimana keluarga dan orang-orang yang sempat kontak dengan kita, sudah jam makan siang tapi anak - anak belum makan siang. apa yang harus saya lakukan terlebih dulu? 



Sambil menunggu antrian drive thru PCR saya menelpon teman saya yang sedang isolasi. Disitu akhirnya tangis saya pun pecah walaupun hanya beberapa saat. Sekilas saya membayangkan apa gejala apa saja yang mungkin akan muncul pada saya, suami dan anak-anak. Terlebih jika ternyata orang tua saya ikut tertular. Tapi Saya sadar yang saya butuhkan saat ini bukanlah rasa khawatir melainkan informasi yang sebanyak banyaknya dan pemikiran positif yang sebesar besarnya. 

 

Untungnya saya punya teman - teman dan keluarga yang dekat dan sangat suportif. Teman - teman mengirimkan stok makanan yang seketika memenuhi kulkas kami. Orang tua dan adik-adik saya bergantian mengirimkan makanan dan kebutuhan kami setiaap hari. Keluarga mertua yang juga sedang isoman mengirimkan banyak sekali suplemen herbal yang sangat amat membantu. Para tetangga cluster kecil tempat saya tinggal pun mengirimkan makanan, buah-buahan sembako bahkan cemilan dan susu untuk anak-anak saya. Ketua RT tempat saya tinggal juga sangat membantu dan terlihat sangat santai dan berpengalaman menghadapi warganya yang covid. Rekan kerja di kantor pun banyak yang memberi dukungan, terus memberikan informasi, menanyakan kabar dll. Bahkan art yang setiap hari bekerja di rumah menawarkan untuk tetap masuk membantu saya di rumah. 



ISOLASI HARI KE 1 - 3


Gejala yang kami rasakan:


Suami merasakan batuk, pilek dan pegal - pegal sekujur badan terutama pada pinggang. Kakak Rey sudah tidak demam tapi masih sesekali batuk, terutama pada pagi hari. Adik sempat mencret pada malam pertama tapi Alhamdulillah tidak berlanjut di hari berikutnya. Demamnya juga hanya 2 hari pertama. Saya sendiri di 3 hari awal isolasi merasakan batuk, radang tenggorokan, sangat amat cepat lelah, tidak nafsu makan dan sedikit diare.



Keluarga yang sempat kontak dengan kami langsung melakukan tes antigen saat sehari setelah hasil antigen kami keluar dan alhamdulillah semua dinyatakan negative. Jujur, ini adalah berita yang paling melegakan saat itu. Tapi disisi lain, tante dari suami sedang kesulitan mencari ICU karena mengalami sesak nafas akibat covid. Mertua, adik ipar dan kakak ipar yang positif juga belum membaik. Hari kedua isolasi pun kami mendapat kabar duka dari om suami yang meninggal saat isolasi mandiri rumah. Kami pun tidak bisa banyak membantu karena kondisi kami juga tidak memungkinkan. Jangankan membantu, mengeluarkan emosi sedih saja tidak bisa saya lakukan karena kepala saya akan langsung terasa sakit. Jadi sebisa mungkin saya mencari pengalihan.



ISOLASI HARI KE 4 - 6


Gejala yang kami rasakan:


Anak-anak hanya terkadang batuk di pagi hari selebihnya mereka tidak menunjukkan gejala apapun. Hari ke 4 Keluhan suami bertambah yaitu anosmia. Saya sendiri mendadak demam 39.5 C di hari ke 4 ditambah batuk dan sakit tenggorokan yang terasa semakin parah. di hari ke 6 isolasi saya mulai mengalami anosmia.



Pada hari ke 4 isolasi saya mendapat kabar bahwa suami dari adik saya (tinggal bersama orang tua saya) positif covid setelah semalaman batuk dan demam. Di hari itu, mulai muncul rasa khawatir saya dengan anggota keluarga lain di rumah orang tua. Hari ke 4 - 6 ini rasanya stamina betul - betul terkuras habis. Saya dan suami merasa sangat cepat lelah. Suami bahkan tidak bisa beranjak dari kasur dan membantu saya.

  
 

Dalam kondisi seperti itu, menyiapkan makanan untuk kami makan, menyuapi anak-anak, memandikan anak - anak  dan memberi mereka obat tetap harus dilakukan karena usia mereka yang masih kecil belum memungkinkan mereka untuk melakukannya sendiri. Rumah pun sebisa mungkin tetap harus dalam keadaan bersih mengingat adik yang masih dalam fase oral suka memasukkan benda-benda yang ia temukan ke dalam mulut. Khawatir bisa menyebabkan anak-anak diare jika rumah dalam keadaan kotor. Alhamdulillah anak-anak sudah tidak ada gejala jadi mereka lebih sering main berdua sementara kami istirahat.



ISOLASI HARI KE 7 - 9


Gejala yang kami rasakan:


Suami masih batuk pilek, namun pegal - pegal sudah hilang. Penciuman suami juga sudah mulai kembali pada hari ke 8. Anak - anak sudah tidak ada gejala sama sekali. Sedangkan saya merasa sangat amat cepat lelah. anosmia dan tidak bisa merasakan rasa makanan sehingga nafsu makan hilang dan terasa mual setiap kali makan. Radang tenggorokan juga semakin parah. Nafas pendek karena setiap kali tarik nafas dalam selalu batuk. Batuknya pun bukan batuk kering melainkan batuk berdahak tapi sulit untuk mengeluarkan dahaknya.


 

3 hari ini merupakan hari terberat untuk saya. Mengingat saya punya penyakit maag dan makan saya sangat sedikit karena mual, saya jadi tidak berani mengkonsumsi vitamin C karena khawatir maag saya akan kambuh. Kondisi saya yang sedang menyusui membuat saya lebih cepat lapar dan haus. Ditambah adik Kenzie lebih suka tidur diatas saya pada saat DBF kadang membuat nafas saya terasa lebih berat. Obat - obatan seperti obat batuk, antibiotik dan anti virus sudah habis. Alhasil saya melakukan konsultasi online untuk mendapatkan obat-obat tambahan. Saturasi oksigen saya pun sempat di angka 93 dan 94. Sesering mungkin saya melakukan posisi proning untuk meningkatkan kadar oksigen.   Untungnya suami sudah mulai membaik jadi bisa membantu memandikan anak / menyuapi anak dan mengerjakan beberapa pekerjaan rumah. meskipun terkadang anak tidak mandi pagi / sore saking capeknya kita.



ISOLASI HARI KE 10 - 14


Gejala yang kami rasakan:


Suami sudah mulai fit. Hanya tinggal flu ringan dan batuk sesekali.  Anak-anak sudah tidak bergejala. Saya sendiri sudah tidak radang, Nafas sudah mulai normal, batuk sudah jauh lebih baik. Anosmia pun sudah mulai hilang dan lidah sudah mulai bisa merasakan makanan sehingga nafsu makan sudah kembali dan sudah bisa mengkonsumsi vit C. 



Di hari  ke 10 - 14 ini alhamdulillah stamina sudah mulai membaik. Walupun masih ada sedikit gejala dan stamina masih belum pulih 100%. Saya sendiri merasakan manfaat minum vitamin C yang benar2 membooster imun saya. Mengingat sampai hari ke 9 saya takut mengkonsumsinya dan belakangan baru tau ada vitamin C yang aman untuk penderita maag. Oiya, kami juga merayakan idul Adha saat islasi mandiri. Untungnya banyak keluarga dan rekan - rekan yang dapat membantu untuk memesankan hewan qurban sehingga kami tidak perlu repot



ISOLASI HARI KE 15 - 21



Yap. kami mengisolasi diri sampai hari ke 21. Alasannya karena di hari ke 15 saya dan suami masih terkadang batuk dan flu ringan. Staminapun semakin hari semakin baik. Kami sudah bisa mulai WFH. Mengurus pekerjaan rumah dan anak-anak pun tidak seberat hari - hari sebelumnya. Di hari hari ini pun kami masih menerima kiriman makanan dari teman-teman. Hari ke 21 kami melakukan PCR untuk keperluan kantor. sayangnya hasilnya masih positive. tapi setelah berkonsultasi dengan dokter umum dan dokter anak secara online, kami sudah bisa menyelesaikan masa isolasi kami karena dianggap sudah tidak menularkan dan di hari ke 21 sudah tidak ada gejala. Alhamdulillah . . .


Kurang dari 2 minggu setelah PCR ke 2, saya melakukan PCR lagi sebaai persyaratan kantor. Alhamdulillah hasilnya sudah negative.


PELAJARAN BERHARGA



Suami bukan tipe yang akan lsg ke dokter ketika sakit. Dia akan memilih istirahat terlebih dahulu dan minum obat. Sedangkan saya semenjak pandemi menjadi orang yang paling rewel di keluarga ketika ada yang sakit. Saya setuju dengan suami saya untuk tidak parno berlebihan dengan covid. Tapi bukan berarti kita harus abaikan protokol kesehatan. Apalagi jika sudah muncul gejala. Tidak ada salahnya untuk mengenakan masker di dalam rumah, mengisolasi diri sementara, menjaga jarak dengan orang lain atau langsung ke dokter untuk konsultasi. Paling tidak saat seperti ini kita harus punya rasa untuk peduli dengan orang lain. Teruma keluarga sendiri yang seharusnya jadi prioritas untuk kita lindungi.

 


Covid memang benar-benar mengajarkan kita untuk hidup lebih bersih dan lebih peduli dengan sesama manusia. Sebelum pandemi, jika ada yang batuk / flu jarang sekali ada yang sadar untuk mengenakan masker agar tidak menularkan orang sekitar, sekarang kita semua dipaksa untuk selalu menenakan masker dimana pun. Sebelum pandemi, beberapa dari kita ada yang merasa risih dan menertawakan orang2 yang berpakaian menutup seluruh tubuhnya dan mengenakan niqab, sekarang baju hazmat menjadi baju paling aman untuk menghidar dari virus. Sebelum pandemi, kita sering mengganggap orang -orang terlalu bersih adalah orang - orang berlebihan. Sekarang kita harus sadar dan bertindak yang sama. Karena bisa jadi mereka sudah merasakan kehilangan orang-orang terkasih akibat virus ini atau mungkin kita sendiri yang pernah mengalaminya? Naudzubillah. 


Salam Sayang,








Friday, May 7, 2021

JALAN SANTAI KALA PANDEMI

May 07, 2021 2

Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kali saya memberanikan diri untuk membawa kidos jalan - jalan. Tapi belakangan ini kasihan juga melihat mereka hanya bermain di sekitar rumah atau di rumah eyangnya ditambah sepertinya saya sendiri memang butuh sedikit udara segar. Jujur, iri rasanya melihat postingan teman - teman di social media yang mulai berani road trip keluar kota dengan keluarga, Staycation di hotel atau sekedar makan di mall. Akhirnya sabtu, 1 Mei 2021 kemarin saya memutuskan untuk jalan - jalan santai dengan keluarga. Menghirup udara segar dan membiarkan anak anak berlari lari di tempat yang luas. Sebelum berangkat, ada beberapa hal yang harus dipastian sebelum membawa anak-anak jalan-jalan saat pandemi.


PILIH WAKTU YANG TEPAT


Karena kebetulan masih bulan Ramadhan, biasanya banyak orang yang malas berpergian di pagi atau siang hari. Jadi pilihlah waktu - waktu tersebut. Hihihii.. Butuh niat yang sangat amat besar memang bagi yang menjalankan ibadah puasa. Terlebih saat weekend pasti banyak yang memilih untuk kembali tidur setelah sholat subuh kan? Selain itu, bepergian di pagi hari saat udara masih bersih belum banyak polusi karena belum banyak orang yang beraktifitas tentunya baik juga untuk anak-anak. Ketika tempat sudah mulai ramai, saatnya kita pulang. Jika ramadhan sudah usai, pilihlah hari kerja untuk berekreasi. Selain tidak terlalu ramai, biasanya harga penginapan juga tidak semahal saat weekend. Kita juga akan leluasa explore tempat rekreasinya tanpa khawatir berlebih.


SEBISA MUNGKIN PILIH TEMPAT YANG TERBUKA DAN TIDAK RAMAI


Ruangan yang tertutup, tidak tersentuh cahaya matahari dan minim pertukaran udara membuat resiko penularan virus lebih besar. Maka dari itu saya memilih tempat rekreasi yang terbuka dan sekiranya tidak akan ramai pengunjung. Selain anak-anak bisa berlarian lebih leluasa, tempat yang terbuka juga lebih memungkinkan kita untuk dapat menghindari kerumunan. 


PILIH AKOMODASI YANG BERPROTOKOL BAIK



Jika harus menginap, pilihlah hotel yang menerapkan protokol kesehatan yang baik. Jika pesan melalui aplikasi traveloka, pilih hotel yang bertanda clean accomodation. selengkapnya bisa dibaca disini https://www.traveloka.com/en-id/cleanaccommodation. Walalupun tidak ada yang bisa menjamin hotel - hotel ini akan terbebas dari virus covid, tapi setidaknya mereka tidak hanya menjalankan bisnis tapi juga memperhatikan kesehatan baik para pengunjung maupun pegawainya.


TERAPKAN PROTOKOL KESEHATAN


Anak-anak dibawah usia 2 thn sebaiknya tidak menggunakan masker karena saluran pernafasannya yang masih terlalu kecil akan mempersulit mereka bernafas jika menggunakan masker. Untuk mengantisipasinya terkadang saya memakaikan topi dengan face shield atau menggunakan cover stroller. Sedangkan untuk kakak yang sudah hampir 3 Tahun alhamdulillah sudah mengerti pentingnya menggunakan masker saat keluar rumah. Selalu sediakan hand sanitizer di jangkauan kita. Karena ketika di tempat umum kita tidak selalu bisa menemukan tempat untuk mencuci tangan. Selain itu, naluri anak kecil yang selalu ingin tau tentunya membuat mereka memegang semua benda di sekelilingnya dan memasukkan tangannya ke dalam mulut. Ouch! 


Saya dan keluarga akhirnya memilih taman margasatwa Ragunan untuk jalan santai kemarin. Sebelum pandemi, Ragunan memang tempat yang pas untuk jalan santai di pagi hari. Sekedar Joging, bermain sepeda atau mencari suasana baru sembari sarapan pecel d dekat kandang jerapah. Setelah pandemi, ragunan sempat di tutup dan akhirnya dibuka kembali dengan peraturan baru. Benar saja saat jam setengah 7 pagi kami sampai sana masih sepi sekali. Bahkan pintu masuknya belum dibuka.


Sampai disana, kita bisa langsung menyewa sepeda untuk berkeliling. beberapa tempat penyewaan sepeda tepat berada di sebelah setiap pintu masuk. Entah karena ramadhan atau memang sudah dibatasi, tidak ada penjual makanan ataupun mainan yang biasanya ramai didalam. Suasananya benar-benar seperti cagar alam. 



Anak - anak juga bisa melihat aneka satwa dengan leluasa tanpa berdesakan. Sayangnya, sepagi itu kereta untuk berkeliling ataupun kuda belum beroprasi jadi kami tidak bisa berkeliling ke lokasi satwa yang jauh dari pintu masuk. Selain itu, beberapa hewan juga belum saatnya keluar dari kandang. Tapi itu semua terobati karena kakak super pengertian. Dia cukup puas bisa berlarian kesana sini dan memberi makan rusa dengan daun-daun yang jatuh dari pohon di sekeliling kandangnya. huhuhuuu...
 
 
Percayalah. anaknya sudah saya larang tapi kok ya rusa - rusanya malah terlihat senang sekali di datangi Kakak Rey. Sampai Kak Rey tidak mau beranjak dari kandang rusa.


Untuk lebih jelasnya mengenai harga tiket masuk, jam buka dan lainnya bisa dilihat sendiri di websitenya : https://ragunanzoo.jakarta.go.id/ticket/



Salam Sayang,











Friday, January 22, 2021

KIDOS PLAYROOM : MERAKIT PEROSOTAN DAN AYUNAN

January 22, 2021 0




Masa Pandemi yang ternyata sangat panjang ini membuat saya merasa kasihan dengan anak-anak yang terpaksa harus ikut dibatasi ruang bermainnya. Apalagi kedua anak saya masih di rentang golden ages. Seharusnya usia ini mereka bisa bermain dengan teman-temannya untuk melatih sosialisasi atau bermain di playground dan taman bermain untuk memaksimalkan perkembangan motorik mereka. Tapi saat ini, melindungi kesehatan mereka jauh lebih penting dari itu semua. Jadilah keinginan saya untuk membuat playroom anak-anak di rumah eyang semakin menggebu - gebu. Untungnya hal ini disambut baik oleh anggota keluarga lain yang akhirnya ikut patungan untuk beli mainannya. hueheheheheheeee... #MommieHappy




Mainan Pertama yang terlintas di otak saya ketika membicarakan Playroom adalah Perosotan dan ayunan. Kedua mainan ini harus ada di playroom mengingat kakak suka sekali meluncur. Setelah riset sana sini, dan kebetulan teman kantor baru saja beli ini dan katanya recomended, akhirnya saya jatuh hati dengan Parklon 5 in 1 multifunction combination slide ini. Selain kokoh, bahannya aman, pinggiran perosotannya juga terdapat pembatas yang cukup aman untuk mencegah anak jatuh ke samping. Selain itu, karpet evamat puzzle jg jadi piihan saya untuk alasnya. walaupun ternyata yang saya beli terlalu tipis. hiks. Sengaja saya beli berbagai warna untuk mengenalkan warna kepada anak - anak.


 
 
Karena barangnya cukup besar, akhirnya kami memutuskan untuk pick up langsung ke tokonya. Begitu di unboxing, WOW ternyata banyak sekali part nya. Ditambah baut dan pelengkapnya yang kecil - kecil sudah membuat saya pusing duluan melihatnya. Urusan rakit - merakit memang akan selalu jadi tugas para lelaki di keluarga. termaksud 2 lelaki cilik ini yang ga mau ketinggalan serunya merakit perosotan mereka.




Pertama - tama, pak suami dan adik saya merakit bagian perosotannya terlebih dahulu. Walaupun terkadang agak bingung tapi sepertinya sudah menjadi bakat mendarah daging pak suami dalam hal perakitan. Adik saya yang seorang gamer sejati saja sampai ikut penasaran. Kakak juga tidak mau kalah, selalu membawakan potongan - potongan mainan ke ayahnya walaupun belum saatnya dipasang.




Setelah bagian perosotan jadi, langsung rakit bagian ayunannya. Tidak lupa, kakak test drive dulu di perosotan yang sudah jadi. Karena mainan ini 5 in 1, jadi selain ayunan dan perosotan, ada juga gawang untuk bermain sepak bola, ring basket dan juga papan dart. Sementara yang lain merakit bagian yang besar, Tante membantu memompa bola. Eyang kung juga terlihat mulai membantu memasang baut.




Yay! ayunannya sudah jadi. setelah dipastikan semua sudah kencang dan aman, adek mulai coba ayuannya deh. Adek terlihat senang sekali berayun - ayun. Meskipun tidak lama senangnya. karena adek cepat bosan dan memilih turun untuk main dengan bagian - bagian lain yang masih berserakan.




Tidak lengkap rasanya kalau tidak ada yang menangis ya. hahahaha... Karena penasaran dengan ayunannya, atau sengaja ingin usil dengan adiknya, kakak mendorong ayunan kuat sekali dari arah depan tapi sambil jongkok dan tidak beranjak dari tempatnya. alhasil ketika ayunannya berayun kembali ke arah depan, jatuhlah kakak dengan kepala terantuk ayunannya. Mungkin ayunannya mau kenalan dulu kalo kata orang tua jaman dulu. 




Akirnya setelah beberapa jam perakitan, jadi deh mainannya. Kali ini seadanya dulu. Insya Allah nanti akan di dekor lagi ruang bermainnya biar terlihat lebih bagus dan menarik jadi anak - anak semakin betah main di rumahnya. Rencananya, saya akan menambahkan beberapa beanbag, rak buku dan juga tenda anak. Jadi sambil menjaga anak bermain, sekaligus bisa bersantai disini.





Salam Sayang,










Created by Anisyah Surya. Powered by Blogger.