Hubungan antar manusia itu sangatlah rumit.
Setuju ?
Saya Setuju.
Seumur hidup, tidak pernah saya melihat relationship yang sempurna. Tidak pada orang tua saya. Tidak pada keluarga besar saya. Tidak pada saudara - saudara kandung saya. Tidak pada teman - teman saya. Tidak pula pada saya dan pasangan saya. Ketika beranjak dewasa, bertemu dengan seseorang yang cocok dengan anda, anda mulai menyukai orang itu dan mulai terbiasa dengan kehadirannya, anda akan merasa kehilangan ketika ia tidak ada. Semakin anda menyukainya semakin besar resiko anda sakit hati karenanya. Semakin anda membuka hati anda, semakin besar pula kemungkinan anda akan jatuh ketika hubungan anda dengannya tidak berjalan baik. Oleh sebab inilah, beberapa dari kita memilih untuk tidak menjalin hubungan serius dengan pasangan.
Saya sendiri pernah ada di fase itu. Beberapa kali menjalin hubungan singkat dengan orang lain. Prinsip saya ketika itu, Jika memang sudah tidak cocok, lebih baik lekas diselesaikan daripada terlalu lama, akan menjadi terbiasa dan akan makin sulit untuk berpisah. Lebih baik sendiri dan bebas dibanding harus menjalani toxic relationship yang meskipun diluar terlihat bahagia namun di sebenarnya sangat menyiksa. Menjalani hidup tanpa terikat hubungan dengan siapapun membuat saya lebih leluasa bergerak. Bebas berteman dengan siapa saja. Bebas pergi kemana aja dengan siapa saja tanpa berharap apapun dari siapapun. Bahkan pernah saya menolak lamaran laki - laki yang berniat serius menjadi suami saya karena terlalu takut akan kecewa dan pada akhirnya bukannya tetap menjalani hubungan ke arah serius malah mengambil keputusan untuk berpisah agar dia tidak membuang waktunya dengan saya dan bisa mendapatkan yang lebih baik.
Tapi semakin bertambah usia, semakin saya berbagi cerita dan bertukar pikiran dengan orang banyak, semakin saya sadar bahwa ada hal yang lebih penting untuk diperjuangkan daripada ketakutan dan kekhawatiran saya. Hal itu adalah HIDUP. Tidak dapat dipungkiri kalau menjalani hubungan dengan seseorang membawa kebahagiaan dalam hidup saya. Dianggap spesial oleh orang lain, merasa dibutuhkan oleh orang lain, Be someone's miracle is a miracle it self. Terlebih untuk melanjutkan hidup ke tujuan selanjutnya kita tidak bisa sendiri. Seperti saat kita ingin berkeluarga dan memiliki keturunan, itu artinya kita harus memiliki pasangan, menerima segala kekurangan dan kelebihannya beserta keluarga besarnya.
Lantas bagaimana dengan kekhawatiran di awal tadi? Well, itu adalah suatu hal yang tidak bisa dihindari. Jadi ya memang harus dihadapi. Jangan sampai keintiman kita malah menyakiti diri sendiri dan orang lain. Caranya? Dengan menghargai privasi atau batasan masing-masing. Untuk hubungan suami istri, Sepakati batasan yang aman terlebih dahulu. Kemudian tetap memberikan ruang untuk pasangan kita melakukan hal yang ia sukai selama hal itu masih di dalam batas 'aman' dan tidak akan merusak komitmen pernikahan. Untuk anggota keluarga lain, tetap terapkan SOPAN dan TATA KRAMA untuk mengenali batasan satu sama lain dan menghargai mereka. Menjadi keluarga bukan berarti kita harus ikut campur semua kehidupan mereka. Dengan tidak masuk atau mengetahui terlalu dalam ke urusan pribadi mereka, kita akan memiliki ruang di otak dan hati kita untuk melakukan hal lain yang lebih membawa kebahagiaan pribadi.
Layaknya landak yang membutuhkan pelukan landak lainnya untuk bertahan hidup saat musim dingin tiba. Tapi disaat yang sama mereka harus saling menjaga jarak agar tidak menyakiti satu sama lain dengan duri yang ada di sekujur tubuh mereka.
Salam Sayang,
No comments:
Post a Comment